RJP dan perubahannya

by - 7:39:00 AM

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Namun pada pembahasan kali ini lebih difokuskan pada Bantuan Hidup Dasar.
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian.
Pada pasien dengan Cardiac arrest, aliran darah terhenti, sehingga tidak ada oksigen ke sel tubuh, sehingga terjadi ischemia yang akan berlanjut pada kematian bila tidak dilakukan tindakan segera. Sel dapat mati dalam beberapa menit (3-5 menit) tanpa oksigen, sehingga dapat terjadi kerusakan syaraf permanen. Kontraksi otot jantung dapat berhenti sampai dengan 1 menit, tapi hanya akan benar-benar mati setelah 40-60 menit.
Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban.  
Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam waktu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru / CPR.

Basic Life Support (Bantuan Dasar)  adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. langkah efektif CPR biasanya selalu dievaluasi setiap 5 tahun.  Perubahan yang terjadi mulai tahun 2010 yang berbeda dari langkah sebelumnya yaitu
1. Kecepatan dalam kompresi dada yaitu setidaknya mencapai 100 kali permenit, sebelumnya harus tepat 100x/menit
2.   kedalaman tekanan sekitar 2 inci (5 cm) pada orang dewasa dan 1,5 inci (pada BBL) dan 2 inci (5 cm) pada anak-anak.
3. Memberi kesempatan pada dada untuk kembali preposisi asal sebelum kompresi berikutnya (recoil sempurna)
4.   Mengurangi gangguan pada saat sedang melakukan kompresi dada
5.   Menghindari ventilasi berlebihan
6.   Langkah BLS yang digunakan adalah C-B-A, berbeda dengan langkah yang lalu yaitu A-B-C 

Perbedaaan Langkah-Langkah BLS Sistem ABC dengan CAB
No
ABC
CAB
1
Memeriksa respon pasien
Memeriksa respon pasien termasuk ada/tidaknya nafas secara visual.
2
Melakukan panggilan darurat dan mengambil AED
Melakukan panggilan darurat
3
Airway (Head Tilt, Chin Lift)
Circulation (Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus 30 kompresi, sekitar 18 detik)
4
Breathing (Look, Listen, Feel, dilanjutkan memberi 2x vent
ilasi dalam-dalam)
Airway (Head Tilt, Chin Lift)
5
Circulation (Kompresi jantung + nafas buatan (30 : 2))
Breathing (memberikan ventilasi sebanyak 2 kali, Kompresi jantung + nafas buatan (30 : 2))
6
Defribilasi


Segitu dulu yak! 
to be continued...

Referensi:Handout mata kuliah KDK II 

You May Also Like

0 komentar